Aku sudah terbiasa dengan hampa ini
Hampa yang menyiksa
Aku sudah terbiasa dengan lengang ini
Lengang yang menyedihkan
Aku pernah merasa takut kehilangan
Aku pernah sedih untuk seseorang
Aku pernah mencintai dan memuja
Aku pernah begitu bahagia..
Dan lama setelah masa itu
Aku mati rasa.
Begitu banyak orang keluar masuk dengan atau tanpa permisi ke dalam hidupku
Mengukir cerita, menoreh tawa, atau bahkan melukis gamang
Aku hidup dengan itu semua; berdampingan
Lalu aku menguraikan isi kepalaku
Melihat-lihat apa yang sudah terjadi selama 17 tahun hidupku
Tak banyak yang menarik; jadi ketika ada, akan sangat terlihat mencolok
Ada sebaris kata yang menyentuh getir di suatu organ tubuhku
''Hati tak pernah memilih; ia dipilih
Ia tak perlu memaksakan diri untuk mencintai; ia dicintai
Ketika kau menemukan itu, hidup takkan pernah lebih indah.''
Lalu sampailah aku di bagian yang selalu kucoba untuk hindari
Hatiku bahkan masih berdebar seperti dulu, hanya karena melihat namamu
Aku sudah melatih diri untuk memerankan tokoh dengan baik
Dan aku harap kesalahan bodoh tak akan menghancurkan segalanya
Kaki sekarang adalah tumpuanku
Senjata terampuhku untuk berlari
Senyum sekarang adalah suplemenku
Persediaan bila suatu saat aku butuh dikuatkan
Mendadak aku tidak butuh dikenal
Mendadak aku tidak ingin diingat
Mendadak aku tidak berharap ditemukan
Melihatmu bagai melihat air terjun yang jernih dan deras
Berbagai emosi berbondong-bondong mengacaukan, tak tahu diri
Semakin lama aku terlena
Semakin keras aku harus berusaha menolak; karena kau adalah candu.
Kau begitu sulit untuk dilewatkan
Begitu susah untuk diabaikan
Begitu sayang untuk dilepaskan
Tapi bagaimanapun juga, jalan kita sejajar
Selalu berdampingan sepanjang apapun garis itu
Dan satu yang perlu diingat dari garis sejajar adalah:
tidak akan pernah menemukan titik temu.
Kepedihan tiba-tiba datang menghampiri nuraniku
Betapa aku dulu tak butuh mimpi untuk bahagia..
Hampa yang menyiksa
Aku sudah terbiasa dengan lengang ini
Lengang yang menyedihkan
Aku pernah merasa takut kehilangan
Aku pernah sedih untuk seseorang
Aku pernah mencintai dan memuja
Aku pernah begitu bahagia..
Dan lama setelah masa itu
Aku mati rasa.
Begitu banyak orang keluar masuk dengan atau tanpa permisi ke dalam hidupku
Mengukir cerita, menoreh tawa, atau bahkan melukis gamang
Aku hidup dengan itu semua; berdampingan
Lalu aku menguraikan isi kepalaku
Melihat-lihat apa yang sudah terjadi selama 17 tahun hidupku
Tak banyak yang menarik; jadi ketika ada, akan sangat terlihat mencolok
Ada sebaris kata yang menyentuh getir di suatu organ tubuhku
''Hati tak pernah memilih; ia dipilih
Ia tak perlu memaksakan diri untuk mencintai; ia dicintai
Ketika kau menemukan itu, hidup takkan pernah lebih indah.''
Lalu sampailah aku di bagian yang selalu kucoba untuk hindari
Hatiku bahkan masih berdebar seperti dulu, hanya karena melihat namamu
Aku sudah melatih diri untuk memerankan tokoh dengan baik
Dan aku harap kesalahan bodoh tak akan menghancurkan segalanya
Kaki sekarang adalah tumpuanku
Senjata terampuhku untuk berlari
Senyum sekarang adalah suplemenku
Persediaan bila suatu saat aku butuh dikuatkan
Mendadak aku tidak butuh dikenal
Mendadak aku tidak ingin diingat
Mendadak aku tidak berharap ditemukan
Melihatmu bagai melihat air terjun yang jernih dan deras
Berbagai emosi berbondong-bondong mengacaukan, tak tahu diri
Semakin lama aku terlena
Semakin keras aku harus berusaha menolak; karena kau adalah candu.
Kau begitu sulit untuk dilewatkan
Begitu susah untuk diabaikan
Begitu sayang untuk dilepaskan
Tapi bagaimanapun juga, jalan kita sejajar
Selalu berdampingan sepanjang apapun garis itu
Dan satu yang perlu diingat dari garis sejajar adalah:
tidak akan pernah menemukan titik temu.
Kepedihan tiba-tiba datang menghampiri nuraniku
Betapa aku dulu tak butuh mimpi untuk bahagia..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar