Kamis, 07 April 2011

kepada Bi

Bi, mungkin bukan aku yang kau harapkan membaca isyarat kesepianmu.
Demi Tuhan, sungguh, aku ingin menolak kenyataan ini bila mampu...
Sayang, sepanjang kudapati matahari yang terbit dan terbenam, tak pernah sekalipun cahaya aurora muncul sebagai pertanda bagiku untuk kemudian beringsut pergi, menjauh, lantas kemudian menepi dari ini semua.
Kejora di sana malah menuntunku untuk terus menemukan sepetak jalan menuju pintumu.
Dan, kini, aku ingin berhenti mengorbit karena hatiku telah merasakan ada dirimu...

Tolong, berhentilah membayangiku.
Kau tak pernah tahu bagaimana rasanya berlari dari siluetmu yang terus menghantuiku.
Aku lelah!
Bahkan, berulang kali, kuharap ini tak perlu ada...
Karena tak akan aku rasakan sakit yang begitu pilu.
Membayangkan engkau ada di situ.
Berkasih dan bercumbu.
Bukan dengan aku!
Bi, kisahku takkan habis di malam keseribu satu.
Maka aku perlu kertas dan pensil lebih banyak lagi.
Karena tangan ini tak bisa berhenti untuk tak menulis tentangmu.

Dan, bila engkau masih ragu padaku, hampirilah jendelaku.
Di sana, kau bisa nikmati waktu yang berhenti mengalir.
Di sana, kau bisa nikmati waktu melambat bagai bulir embun.
Sehingga, kau akan bisa menghitung tetes gerimis yang jatuh.
Sehingga, kau akan tahu, sebanyak itulah aku memikirkanmu...
Kita tak perlu berbicara, kata-kata tak perlu lagi bilang permisi untuk dijadikan suara.
Hanya melalui tatapan mata, kita tahu semua...


Mari, mendekatlah.
Akan kuperlebar celah hati.
Membiarkan engkau meresap lebih dalam.
Melengkapi ruang-ruang kosongnya.
Karena di sanalah engkau akan hadir.
Sebagai imaji terindah yang tak mampu kurengkuh.
Sedalam apapun samudra yang kuselami, hanya ada kamu dan selalu kamu.
Setinggi apapun gunung itu kudaki, senyummu lagi, senyummu lagi yang kutemui tergantung di rembulan.
Sementara, aku tetap di sini, mengagumimu dalam ketiadaan harapan...

Bi, aku tak peduli bagaimana kau mau mengerti.
Aku tahu diri.
Yang kupunya terlalu sederhana untuk kau miliki.
Dan, aku tak peduli.
Bila kisah ini akan meninggalkan jejak menjadi bentuk masa lalu.
Karena di sanalah aku.
Kurasa kau tahu.



Surabaya, 9 September 2008
*coppas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca Artikel lainnya

MySpace glitter graphics: CoolSpaceTricks.com